Jumat, 03 Februari 2012

Main Line Chapter 30 Kecurigaan A

Seperti jalan ke dunia arwah, gelap, tak berdasar, pusaran raksasa melingkupi langit. Seperti iblis yang membuka mulutnya dan menelan segala sesuatu di dunia. Angin kencang sangat dingin berhembus, mengumpulkan awan. Guruh menderu, petir menyambar dimana-mana.

Shaw Danon terbang menuju Anan. Cahaya hijau di tongkat api bersinar terang, sangat terlihat di bawah awan gelap. Anan memandang sosok Shaw Danon yang dikelilingi oleh cahaya hijau, wajahnya memucat.

"Thunderblade" adalah tingkat tertinggi dari Kemampuan Tao. Menggunakan tubuh manusia normal untuk memanggil kekuatan dari surga di bumi, tekanan yang dirasakan Anan pastilah sangat berat. "Aeolian Firmus" adalah senjata yang divine, senjata yang sempurna untuk mengeluarkan skill Thunderblade. Tetapi bahkan dengan senjata itu, latihan kultivasi Anan sebenarnya belum cukup untuk melakukannya.

Dia bisa merasakan dari awan gelap, gelombang demi gelombang energi bergegas ke dalam tubuhnya seperti gelombang pasang yang mengamuk. Meskipun tidak ada yang bisa melihat sesuatu yang aneh di luar, darahnya mendidih, seperti membengkak oleh kekuatan besar. Jika bukan karena Aeolian Firmus terus menyerap energi, Anan mungkin akan sudah mati.

Angin menderu, guntur meraung. Dia berdiri di udara, ia hampir mengira ia rumput berdaya dalam angin. Saat berikutnya, ia teringat apa yang dikatakan masternya ketika ia mengajarkan skill ini:. "Xueqi, bakat dan kemampuan seperti dirimu adalah satu-satunya yang pernah saya temui sepanjang hidup saya. Tapi incanation ini terlalu kuat, efek sampingnya sangatlah sulit untuk ditahan. Kultivasimu masih berada di tingkat dasar, meskipun kamu mampu untuk mengeluarkannya, gunakanlah ini jika betul-betul terdesak, jika tidak, itu sama seperti mempertaruhkan nyawamu sendiri. "

"Bang!"

Sebuah guntur meledak tepat di atas Peak of Widows. Semua orang bisa merasakan bumi di bawah mereka sedikit bergetar. Rasanya seperti dewa petir kuno terbangun dari tidurnya, dan berteriak dalam kemarahan.

Rasa panik dan takut terpancar dari air muka semua murid Jadeon disitu.

Shaw Danon hanya berada dua puluh kaki jauhnya. Dengan melihat situasi ini, semua orang tahu setelah Anan menyelesaikan channeling incantation-nya, ia akan berubah menjadi debu. Tapi Shaw Danon berhenti di udara, rasanya seperti ia membentur sebuah dinding lembut, tidak bisa maju lebih jauh.

Wajah Shaw Danon berubah pucat seperti orang mati. "Thunderblade" adalah salah satu skill akhir Jadeon, sangat menakjubkan sehingga skill itu bisa membentuk penghalang tak terlihat sementara penggunanya melakukan channeling kekuatan untuk mengeluarkannya menghalangi Shaw Danon sehingga tidak bisa maju.

Cahaya dari Tongkat api semakin terang, tapi masih tidak bisa maju. Dalam membandingkan kekuatan spirit, tongkat api pasti tidak lebih lemah dari Aeolian Firmus, tetapi dalam perbandingan kultivasi, perbedaannya terlalu banyak. Dia hanya digunakan spiritnya sendiri dalam menggunakan tongkat api-nya, tidaklah sebanding dengan kultivasi Anan yang disempurnakan dan dibimbing langsung oleh seorang master Jadeon selama bertahun-tahun.

Pada saat ia putus asa, ketika pusaran menjadi lebih cepat, guntur bergemuruh, dan cahaya terang Aeolian Firmus mencapai puncaknya, saat ini skill Supreme Art Jadeon ini hampir selesai, tubuh Anan tiba-tiba terkejut, wajah putihnya berubah merah, dan meludahkan keluar sejumlah besar darah.

Cahaya Aeolian Firmus menjadi tidak stabil. Anan mengertak giginya, memejamkan mata, dan memfokuskan pikirannya, serta spirit yang tersisa pada Aeolian Firmus. Setelah beberapa saat, cahaya itu menjadi stabil. Cahaya itu menjadi begitu terang, sangat terang sehingga tidak bisa melihat dengan mata.

Ledakan datang dari awan gelap. Cahaya datang dari terdalam pusaran awan raksasa. Itu adalah gabungan dari banyak cahaya petir. Seluruh cahaya itu terpusat pada Aoelian Firmus yang Anan pegang.

Tapi, keputusasaan naik dalam hati Anan. Sama seperti yang ia takutkan, suara gesekan angin yang tajam terdenganr. Dia terlalu fokus untuk melindungi Aoelian Firmus dan mengabaikan pelindung di sekitarnya. Tanpa hambatan, Shaw Danon dan tongkat api membentuk sebuah pilar cahaya hijau, ditujukan pada wanita cantik yang ada di antara awan.

Beginikah hasilnya?

Semuanya berakhir di sini?

Hatinya tenang. Pikirannya berpikir ringan.

Saat itu, hanya pada saat yang singkat itu. Dunia serasa sepi, beku, tidak bergerak. Hanya dia berdiri di udara, pakaian dan rambut berkibar. Dia membuka matanya kembali, menyaksikan cahaya hijau hanya tinggal beberapa meter dari tubuhnya

Saat itu, yang akan dia kenang seumur hidupnya

Shaw Danon melihatnya, dan matanya!

Dia berdiri di sana sendirian dalam badai, sendirian menghadapi raungan langit. Wajahnya telah berubah pucat. Matanya memiliki sedikit kesedihan dan kepanikan.

Sinar mata itu, begitu sedih dan kesepian. Seperti pandangan seseorang tadi malam, orang yang tersakiti oleh cinta! Rasa sakit ini, jauh melebihi rasa sakit atas luka disekujur tubuhnya.

Apakah dia, wanita yang mencintai orang lain itu, satu-satunya yang kucintai dalam hidupku?

Satu-satunya tidak akan pernah menyesal untuk berpikir tentang dirinya sepanjang hidup?

Apakah memang nasib hidupku harus begini buruk?

Shaw Danon tiba-tiba tersenyum, dengan penuh rasa duka dan putus asa, seperti tadi malam.

Tongkat api memasuki lingkup cahaya Aeolian Firmus. Tidak ada yang bisa melihat kedua sosok itu lagi dan tidak bisa melihat cahaya tongkat api tiba-tiba meredup. Pada saat itu, sebuah cahaya petir raksasa datang dari langit, mendarat di Aeolian Firmus.

Seluruh dunia, semua dewa, tampak seperti pada saat yang sama, bernyanyi bersama.

Pilar cahaya raksasa yang dipantulkan dari Aoelian Firmus, dengan momentum yang dapat menggetarkan bumi, menyerang di Shaw Danon. Pada saat kritis, tongkat api bergerak maju, memblokir di depan tuannya.

Pada saat berikutnya, tubuh Shaw Danon telah ditelan oleh cahaya.

Sejenak seluruh penonton yang hadir tertegun menatap langit

Awan gelap yang menyebar, cahaya menghilang.

Orang-orang menatap langit, menyaksikan seorang pemuda yang memegang tongkat api hitam di tangannya, seperti batu ditutupi dengan bekas luka, jatuh seperti meteor ke tanah.

Dia tidak jatuh di tanah. Tian Bolis dengan cepat muncul di bawah dia seperti bayangan, dan menangkap Shaw Danon. Dia langsung membuka mulut Shaw Danon, mengambil sebuah botol dan menuangkan pil kuning ke mulutnya.

Pil itu larut dengan cepat dalam mulut Shaw Danon. Tian Bolis tidak mengatakan apa-apa. Dia melompat dan Flame Spirit bangkit, membawanya pergi. Dia tidak melihat arena pertarungan barang satu kali lagi, dan menilai dari arah mana dia pergi, ia menuju Bamboo Peak.

Surin dan orang lain dari Bamboo Peak segera mengikutinya.

Pada saat itu, Anan mendarat di tanah dan segera dikelilingi oleh para murid Bamboo Height yang gembura. Dia diam-diam memandang langit, melihat ke arah cahaya merah itu.

※ ※ ※

Rasanya seperti tertidur selama ribuan tahun. Ia ingin bangun tapi matanya tidak bisa terbuka. Dalam kegelapan tak berujung, hanya dia sendiri.

Dia tidak ingin berjalan dalam kegelapan sendirian, namun di samping kegelapan, tidak ada tempat lain baginya untuk pergi.

Ia menjadi marah, hatinya seperti terbakar api. Ia bersumpah kepada penguasa dunia arwah: Bahkan jika tubuh dan jiwanya berubah menjadi abu, ia ingin memiliki sedikit cahaya, dan mengubur segala sesuatu dunia bersama-sama dengan dia.

1 komentar: